Kemudian pendeta itu menyebutkan semua syubhat [kerancuan]
bohong tentang Islam, ia banyak bicara yang tidak satupun dapat meluluhkan
hatinya. Anak itu hanya diam untuk menghormati pemilik toko dan ia berkeyakinan
bahwa pemilik toko hanya membantu temannya sang pendeta. Akan tetapi beberapa hari sesudah itu, pemilik toko kembali kepada kebiasaannya terdahulu yang
mencela dan memerangi Islam dan keyakinannya. Ia tidak bisa membantah
syubhat-syubhat itu karena ia tidak tahu hal tersebut secara sempurna. Maka ia
mengambil keputusan yang berada di luar garis kehidupannya, ia memutuskan untuk
mempelajari agama Nasrani.
Mulailah anak yang mendekati baligh ini mempelajari
kitab-kitab mereka secara ilmiah. Maka ia memperhatikan Injil, mempelajarinya
hingga menghafalnya di luar kepala, kemudian ia membandingkannya dengan
Al-Quran, ia mendapati perbedaan yang banyak. Namun ia belum merasa cukup dan
belum hilang hausnya. Maka ia melakukan perjalanan untuk membela Islam.
Pertama yang ia ajak untuk berdebat adalah pemilik toko,
tempat dimana ia bekerja. Ia mendebatnya dan membuatnya tidak berkutik.
Kemudian ia lanjutkan dengan menantang beberapa pendeta dan ia dapat
menjatuhkan mereka melalui tangan mereka sendiri dan mereka tidak dapat
mempertahankan kebenaran keyakinan mereka di hadapan ribuan orang yang
membanjiri ruang pertemuan.
Ia ingin membungkam mulut orang Nasrani selamanya agar tidak
lancang menghina Islam. Maka ia meningggalkan pekerjaaannya pada pemilik toko
nasrani tersebut. Ia mulai menemui orang-orang Nasrani yang datang ke Afrika
Selatan dan mengajaknya berdiskusi. Ketika dialog dan debat yang ia lakukan
telah banyak dan usianya mencapai tiga puluhan tahun, maka ia memulai dialognya
dengan kalangan pendeta Nasrani.
Semenjak hari itu, suaranya ibarat petir yang menggelegar
hingga negara-negara barat yang Nasrani, gema yang menggoncangkan aula-aula Vatikan.
Pembicaraannya menggema di barat dengan diskusi dan dialognya yang terkenal dan
melambungkan reputasinya. Dan ia terus menantang dan gaungnya tetap menggema
hingga hari ini.
Pembicaraan sekitar pertentangan dalam Injil mendorong
gereja, pusat-pusat studi Nasrani dan banyak perguruan tinggi di barat
membentuk departemen tersendiri dalam menanggapi dan mendebat dirinya dan
buku-bukunya melalui penelitian dan studi mendalam.
Pemilik toko yang biasa dan temannya dari kalangan pendeta
diatas telah menggugah akal dan hati anak muslim ini. Mereka telah membangunkan
anak yang lemah lembut itu hingga menggemparkan dunia dan mengguncang Vatikan,
menggetarkan gereja-gereja mereka dan membongkar banyak kekeliruan dalam agama
mereka.
Anak tersebut bernama Ahmad Deedat.
Selengkapnya baca di sini
Selengkapnya baca di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar